Always Be My Baby
Hello. 2bulan ga posting huhuhu. Mau gimana lagi? Acep makin lemot dan
Mei kemarin Saya UTS. Fyuh, UTS yang menantang ahaha-_- perkuliahan itu,
sungguh wow ya ckck. Tetapi sebenarnya di postingan kali ini Saya ga akan bahas
tentang UTS Saya. Saya mau ngebahas tentang suatu penyakit yang berhasil
mengalahkan 2 ekor kucing kesayangan Saya, Delli dan Dello
Sebelumnya Saya emang ga pernah ngebahas kalo Saya punya kucing. Jadi,
akhir Juni 2014, Saya sekeluarga dan beberapa teman Saya pergi ke rumah nenek
di Cianjur. Ternyata, kucingnya nenek baru punya anak umur 1-2 bulan. 2 jantan
dan 1 betina. Sebenarnya sih ada 4 tapi yang 1 lagi gabisa hidup. Dan ketiga
ekor anak kucing itu lucuuuu banget. Mereka baru bisa berjalan, jalannya masih
kayak robot. Kaku. Lenggak-lenggok. Manis banget. Oya, ras mereka itu AnggoraHimalaya. Buat yang belum tahu, Anggora Himalaya itu ciri khasnya adalah
telinga, sekitar hidung dan keempat kaki mereka berwarna cokelat kehitaman. Nah,
karena 3 kucing ini lahir bukan dari sesama ras, jadi yang bentuk aslinya Cuma si
betina. Yang 2 jantan lainnya kurang begitu terlihat rasnya. Paling kaki mereka
yang memang berwarna gelap. Nah, nenek nyuruh bawa kucing-kucing itu. Tadinya mau
bawa 1 tapi sama nenek disuruh bawa semua. Awalnya bingung mau bawa gimana
karena kami semua naik motor. Akhirnya, ya, mereka semua dibawa dari Cianjur ke
Jakarta naik motor dengan kandang yang terbuka. Sebenarnya kami semua kasihan
dengan cara mereka dibawa tapi kami gatau
mau gimana lagi. Untungnya kami sampai di rumah dengan selamat. Tapi
akibat dari perjalanan jauh dan melelahkan itu adalah, mereka bertiga harus
masuk angin dan mencret keesokan harinya.
Delli dan Dello di Cianjur |
Saya sekeluarga mungkin merawat mereka kurang baik. Kami memang
memberi tempat yang layak untuk tidur, diberi makan dan minum. Tapi,
keterbatasan dana membuat kami gabisa memvaksin ketiganya. Bahkan kalo ada yang
sakit, kami Cuma ngasih obat yang kami konsumsi secara oral. Ya dosisnya aja
dikira-kira. Kebebasan pun kami ga terlalu memberikan. Cuma sekadar makan,
minum, dibersihkan kotorannya dan dimandikan 2 minggu sekali. Mandi pun pake
air dari slang jadi ya dingin-dingin segar.
Dan kehidupan berjalan normal dan menyenangkan melihat mereka tumbuh
semakin besar.
Oya terkait kebebasan, kebetulan rumah Saya 2 lantai. Awalnya mereka
ditaro di bawah tapi karena waktu masih kecil kotorannya bener-bener bau, jadi
dipindahin ke atas sampai sekarang. Dan di atas, kebetulan rumah kami dempet
sama rumah sebelah. Yang membedakan adalah kalo di rumah Saya lantai atas ada
kamar, di rumah sebelah Cuma setengah yang dibuat kamar, sisanya halaman kosong
buat menjemur. Batas rumah kami Cuma pagar yang bisa banget dilalui sama
kucing. Sebenarnya gak apa-apa sih mereka main disana tapi tetangga kami salah
satu anaknya takut sama kucing. Pernah suatu kali kucing Saya masuk ke rumah
sebelah, anak itu jerit-jerit ga ketulungan. Maka dari itu, kucing saya Cuma diberi
kebebasan sebatas lantai 2 yang tertutup dan lantai 1. Itupun pintu depan
ditutup biar mereka tidak kabur keluar karena depan rumah Saya berhadapan
langsung dengna jalanan yang cukup tinggi lalu lalang kendaraannya meskipun Cuma
jalanan kecil.
Beralih ke kucing Saya, awal Mei 2015 lalu, Saya memandikan kucing
Saya. Lupa tepatnya hari apa tapi 1-2 hari setelah itu, seekor kucing Saya
tiba-tiba lemas, gamau makan dan minum. Awalnya kami berpikir kucing Saya itu
(Delli) Cuma demam kayak biasa jadi kami Cuma ngasi minum obat kayak biasa. Biasanya
besok atau lusanya Delli bakal baik-baik aja tapi kali ini dia masih begitu. Dia
juga udah ga buang air selama berhari-hari. Perutnya agak membesar. Kami mengira
Delli masuk angin karena Ibu sempat mijitin Delli dan kami sendawa ga
berhenti-_- Saya udah maksa Ibu buat bawa Delli ke dokter tapi Ibu gamau karena
takut soal biaya nanti. Kebetulan saat itu ekonomi keluarga kami memang lagi
kurang baik. Akhirnya, kami Cuma bisa membiarkan Delli terbaring lemah.
Hingga Sabtu pagi tanggal 9 Mei 2015, Saya mau siap-siap ke kampus dan
Delli sesak nafas. Kelihatan dia benar-benar sulit bernafas, sedih ngeliatnya. Kesakitan.
Saya melepaskan Delli dan Delli pergi ke kamar mandi. Dia tiduran di bawah
toren kamar mandi. Berkali-kali Saya angkat dia buat tiduran di tempat yang
lebih baik tapi dia tetap ke kamar mandi juga. Sampai akhirnya, dia benar-benar
kesakitan, jadi pas Saya tidurkan dan dipijit pelan-pelan, dia anteng aja. Tapi
Saya sempat melihat kalo bulu di sekitar mulut Delli warnanya kehitaman. Ntah itu
apa tapi seperti berkerak. Baru kali itu Saya lihat. Berhubung waktu yang mepet
ke kampus, Saya terpaksa buat ninggalin Delli yang kesakitan. Terakhir, Saya
baringkan Delli di kandang dan Saya selimutin.
Saya ga lama di kampus, Cuma 3 jam. Sepanjang di kampus, Saya terus-terusan mikirin Delli jadi langsung meluncur ke rumah. Begitu sampai rumah, Ayah bilang kalau Delli udah ga ada dan udah di bawa ke peristirahatan terakhirnya. Saya langsung nangis sejadi-jadinya. Sedih rasanya karena Saya benar-benar yang terakhir ada buat Delli. Ibu bilang Delli mati ga lama setelah Saya berangkat ke kampus. Sulit rasanya kehilangan, walaupun kucing, tapi dia sudah Saya rawat dari kecil sampai seberat itu. Padahal Saya masih punya banyak janji yang belum terwujud. Tapi Saya mencoba untuk ikhlas dan berjanji buat menjaga 2 ekor kucing lainnya yang masih hidup. Saya berduka sampai esoknya, masih nangis tapi selanjutnya, Saya udah biasa lagi. Dan Saya belum tahu dia sakit apa.
Saya ga lama di kampus, Cuma 3 jam. Sepanjang di kampus, Saya terus-terusan mikirin Delli jadi langsung meluncur ke rumah. Begitu sampai rumah, Ayah bilang kalau Delli udah ga ada dan udah di bawa ke peristirahatan terakhirnya. Saya langsung nangis sejadi-jadinya. Sedih rasanya karena Saya benar-benar yang terakhir ada buat Delli. Ibu bilang Delli mati ga lama setelah Saya berangkat ke kampus. Sulit rasanya kehilangan, walaupun kucing, tapi dia sudah Saya rawat dari kecil sampai seberat itu. Padahal Saya masih punya banyak janji yang belum terwujud. Tapi Saya mencoba untuk ikhlas dan berjanji buat menjaga 2 ekor kucing lainnya yang masih hidup. Saya berduka sampai esoknya, masih nangis tapi selanjutnya, Saya udah biasa lagi. Dan Saya belum tahu dia sakit apa.
Sejak kepergian Delli, 2 kucing lainnya, Della dan Dello lebih sering
dikeluarkan. Meski belum sempat dibawa ke dokter, karena niatnya mau dibawa
setelah lebaran ini. Lagi-lagi, itu semua karena keterbatasan dana yang kami
miliki. Bisa ngasih mereka makan aja udah syukur alhamdulillah. Nah, selang
beberapa waktu sekitar 2 minggu setelah Delli pergi, Saya melihat ada yang aneh
dari Dello. Di bulu sekitar mulutnya ada kehitaman seperti yang Saya lihat di
mulut Delli. Tapi Saya ga menggubris
karena ternyata kehitaman itu bisa dibersihkan. Lalu semakin lama, Saya melihat
bulunya Dello berubah kecokelatan. Jadi begini, waktu kecil, bulunya Della itu
warna putih sampai sekarang, bulunya Delli warna putih kecokelatan dan berubah
menjadi sangat cokelat ketika sakit, sedangkan Dello dulu abu-abu lalu jadi
putih dan berubah jadi kecokelatan kayak Delli waktu sakit. Saya pikir itu
lumrah aja terjadi apalagi Delli dan Dello ras Anggora Himalaya-nya ga begitu
kuat. Nafsu makan, minum dan keaktifan Dello juga masih sangat baik. Bahkan dia
sempat ngawinin Della tapi waktu itu Saya gak paham, Saya ganggu karena mengira
dia nakal ke Della yang bikin Saya dicakar-_-
Dan finalnya, Minggu, 7 Juni 2015, Saya memandikan Della dan Dello. Sudah
sebulan mereka ga mandi sejak terakhir Saya mandiin mereka yang masih bertiga. Dello
diem aja dimandiin, malah terkesan menikmati. Tapi masalah terjadi sore
harinya. Dia diam saja, dan beberapa kali buang air sampai-sampai Saya dan Ibu
ngeledekin dia. Senin pagi, Dello masih makan dan buang air, siang juga masih
makan walaupun ternyata dia memuntahkan semua makanannya. Dan dia lemas. Senin sore,
Dello sama sekali ga makan tapi masih sempat minum. Saya udah khawatir banget
tapi masih berusaha berpikir dia hanya sakit biasa.
Selasa pagi, Saya benar-benar syok melihat kondisi Dello. Persis seperti
yang Delli lakukan saat sedang meradang. Perut Dello membengkak kayak Delli
dulu. Untungnya Selasa itu kuliah pagi Saya batal. Saya menangis terus, gamau
kehilangan Dello. Saya maksa Ibu buat membawa Dello ke dokter tapi Ibu gamau. Sampai
Saya benar-benar histeris sampai marah ke Ibu Saya dan kami saling memarahi. Dello
berkali-kali ke kamar mandi, ke dapur, ke kolong tempat tidur, mencari tempat
buat posisi yang sama kayak Delli waktu meregang nyawa. Saya nangis terus,
ngelus-ngelus Dello, dan terus mencari info tentang dokter hewan dan harga yang
kira-kira dikeluarkan. Akhirnya karena sudah muak mungkin, Ibu membolehkan Saya
membawa Dello ke dokter tapi tanpa Ibu. Saya benar-benar tidak tahu harus
berterima kasih atau gimana. Saya menelpon teman Saya, Srimul, untuk menemani
tapi ternyata dia harus tes SBMPTN. Ya Allah, gimana iniii???!!! Tapi Srimul
bilang ujiannya jam 9.30 jadi dia masih sempat menemani Saya.
Pukul 8 lewat akhirnya Saya ke dokter hewan dekat rumah. Untunglah dokternya
udah buka. Dan akhirnya Dello diperiksa. Dokternya bilang, Dello terkena InfeksiSaluran Kemih (ISK). Saya benar-benar syok dengan diagnosanya. Kok bisa? Dokternya
mungkin secara ga langsung agak menyalahkan Saya yang ga melakukan perawatan
rutin ke dokter buat Dello karena ISK memang rentan terjadi pada kucing
persia/anggora jantan. Akhirnya, Dello disuntik 2x, Saya lupa nama suntikannya
apa. Yang jelas, Dello harus disuntik lagi besok dan lusa yang mana 2x suntikan
itu 150.000. Harga yang lumayan ya. Dokternya bilang Saya harus merhatiin buang
airnya Dello. Kalau dalam 3x24 jam gada kegiatan buang air, Dello ga akan
selamat. Saya benar-benar lemas mendengarnya. Akhirnya setelah itu Saya pulang,
Srimul harus tes dan hampir telat.
Sampai di rumah, Dello masih gak mau makan dan minum. Saya pun harus pergi
ke kampus siang sampai maghrib. Pulang kampus, Saya beli air kelapa untuk
Dello. Saya paksa dia minum tapi ntah kesampaian atau ngga. Dia makin lemah. Saya
nangis lagi. Hari itu, Saya nangis seharian sampai benar-benar bengkak dan
perih.
Hari ini, Rabu pagi, Saya melihat Dello sama sekali gabisa bergerak
kecuali ujung ekornya. Cuma itu yang bisa dia gerakkan. Saya lagi-lagi
menangis. Saya banyak bicara sama dia, ntah dia mengerti atau ngga tapi Dello Cuma
tiduran, matanya berair dan sesekali mengeong.
“Dello,
kamu kesakitan ya? Maafin Ayu ya Dello. Ayu, keluarga Ayu, temen-temen Ayu,
semuanya gada maksud buat menyiksa Dello, membuat Dello menderita dan kesakitan
kayak saat ini. Dello, Ayu dan semuanya sayaanng banget sama Dello. Kami juga
ga berharap kamu bakal semenderita ini. Ayu masih mau sama Dello sebenarnya. Masih
banyak yang mau Ayu lakuin bareng Dello. Ayu belum nepatin janji buat ngajak Dello jalan-jalan tiap sore pake
tali. Ayu bener-bener minta maaf gak bisa ngerawat Dello dengan baik, gabisa
bikin Dello hidup layak, punya anak, dan menjalani hidup sampai tua. Sebenarnya
Ayu pengen banget bawa Dello buat nemenin Ayu di kosan Ayu kalo Ayu udah
penempatan. Tapi Dello sekarang kesakitan. Kalo pun Dello diobatin, prosesnya
juga menyakitkan dan belum tentu Dello selamat. Maka dari itu, kalo Dello mau
pergi sekarang, menyusul Delli, Ayu gak apa-apa. Ayu udah ikhlas kalo Dello
harus pergi. Ayu dan semuanya sayaanngg banget sama Dello. Maafin Ayu dan
semuanya ya Dello,”
Kira-kira begitu. Berkali-kali Saya ucapin minta maaf. Sampai akhirnya
Saya harus pergi kuliah, Dello berkali-kali ngeong dengan pedihnya. Tapi, Saya
udah ikhlas kalau Dello mau pergi sekarang. Ayu bakal lebih sedih lagi kalo
ngeliat Dello kesakitan terus.
Dan akhirnya di kampus, Saya nemu artikel ini, tentang kucing jalanan
yang terkena batu ginjal, sama kayak Dello. Tapi kucing ini selamat setelah di
rawat 4 hari. Seketika, Saya yang sebenarnya sudah ikhlas kalau Dello harus
pergi, semangat lagi. Saya ingin segera ke dokter untuk menanyakan harga untuk
pemakaian kateter buat Dello. Mungkin menyakitkan
tapi kucing jalanan aja bisa sembuh, masa Dello ngga?? Harganya menurut Saya ga
terlalu mahal meski Saya pasti butuh konfirmasi dari Ibu Saya. Maka dari itu,
setelah selesai kuliah, Saya langsung melesat klinik hewan. Tapi, 50meter
sebelum sampai klinik hewan, hp Saya ga berhenti bergetar. Rumah. Saya udah
siap dengan segala kemungkinan yang terjadi kalau-kalau telpon ini ga baik. Dan
ternyata benar. Ibu menelpon memberitahu kalau Dello udah ga ada. Ibu nanyain
apa Saya mau ikut menguburnya atau ngga. Otomatis Saya langsung nangis di
tempat dan bilang bakal ikut menguburnya.
Di jalan, Saya nangis sekejernya. Untung pakai helm yang kaca gelap
jadi orang-orang ga lihat Saya nangis tapi pundak Saya ga berhenti naik turun
karena nangis kejer. Sampai rumah, Dello udah ditaro keranjang dan diselimutin
seluruhnya. Ya Allah, Engkau menjawab doa Ayu. Saya memang sempat berdoa, kalau
Dello benar-benar kesakitan, jangan biarkan Dello menanggung lebih lama. Kalau pun
bisa diobati, butuh waktu lama dan sangat menyakitkan buat dia. Saya ga mau
Dello lebih lama merasa sakit. Dan akhirnya, Dello memang harus pergi.
Kepada siapapun yang membaca postingan Saya ini, Saya mohon doanya
untuk 2 pejantan kesayangan Saya, Dello dan Delli, yang harus pergi karena
Infeksi Saluran Kemih. Sebuah penyakit yang kedatangannya cukup tiba-tiba dan
kalau tidak segera ditangani, maka dengan cepat ia memisahkan kalian dengan
kesayangan kalian. Postingan ini mungkin terasa sedikit membosankan tapi hanya
ini yang bisa Saya sampaikan walaupun sebenarnya, sedih dan sakit yang Saya,
Dello dan Delli rasakan lebih daripada ini.
Sekarang, tinggal Della di rumah Saya. Semoga aja Saya bisa merawatnya
lebih, lebih, lebih baik lagi dari 2 saudaranya. Semoga saja Della bisa
melahirkan keturunan yang bisa menjadi penerus Delli dan Dello. Dan semoga,
Delli dan Dello lebih bahagia di alam sana.
Terima kasih untuk Delli dan Dello yang sudah membuat setahun ke belakang
Saya berarti karena harus merawat kalian meskipun kurang baik. Sesungguhnya, ga
ada sedikitpun terbersit rasa untuk kehilangan kalian secepat ini. Padahal, 25
Juni nanti, Saya mau membuat acara ulang tahun untuk ketiganya meski pun
sebenarnya mereka ga lahir di 25 Juni tapi itu adalah hari pertama mereka
tinggal di rumah ini.
Ayu dan semuanya sayang kalian, Della, Delli, Dello
Sarapan pertama mereka di Jakarta |
Kandang baru!! |
Pertama sampai Jakarta |
The girl |
Abis nginep di rumah nenek hihi |
Dello |
.
BalasHapusberapa lama sih belajar mencintai kucing ?
DAPET REJEKI NOMPLOK
KENANGAN ITU BERMUNCULAN KEMBALI
AKU PERGI DULU SAYANG, MUNGKIN KU TAKKAN KEMBALI
.